Al-Zaitun Bukan Sarana Pendidikan Radikal
Indramayu (SukabumiOnlineNews)
Menteri Agama Suryadharma Ali menilai Pondok
Pesantren Al Zaytun bukan sebagai sarana pendidikan garis keras atau
radikal, bahkan pesantren ini sangat tepat dijadikan tempat percontohan
pengelolaan pendidikan yang asri dan ramah dengan lingkungan.
"Pondok pesantren ini jauh dari kesan penganut Islam garis keras,
apalagi tadi kita disuguhi dengan penyajian musik yang beraneka ragam
baik dari jenis maupun syairnya," kata Menag saat bersilaturahmi di
Ponpes Al Zaytun, Haurgeulis, kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Minggu
siang (25/3), belum lama ini.
Kunjungan Menag didampingi oleh Ny. Indah Suryadharma Ali,
Dirjen Pendidikan Islam Nur Syam, serta pejabat Kemenag dan
fungsionaris Partai Persatuan Pembangunan.
Menurut Menag, kesan yang sampaikan di media salah jika pesantren Al
Zaytun terdapat aliran keras, apalagi ada ideologi bahwa pesantren ini
ingin mendirikan Negara Islam Indonesia.
"Saya pun banyak ditentang bahwa kunjungan saya cuma sebentar di Al
Zaytun. Saya bilang pada mereka jangan mengoreng-goreng bahwa Al Zaytun
aliran keras, dan saya juga memberi tahu kepada ulama bahwa semua itu
salah," tandasnya.
Menurut Menag, Al Zaytun merupakan pondok pesantren yang luar biasa
di mana santrinya diajarkan semua ilmu pengetahuan. Banyak tokoh-tokoh
dari PPP yang anaknya sekolah di Al Zaytun.
"Kasihan alumni Al Zaytun yang ingin mencari kerja. Alhamdulilah
sekarang image negatif sudah sirna, orangtua yang menyekolahkan anaknya
berterima kasih kepada saya," kata Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan ini.
Menag menyarankan agar Al Zaytun lebih membuka diri bagi masyarakat
dan ulama. Sehingga lebih dirasakan manfaat keberadaan Ponpes dalam
memberikan sumbangsihnya bagi bangsa.
"Dengan lebih terbuka, maka masyarakat akan lebih mengetahui bahwa Al
Zaytun bukanlah seperti yang diduga selama ini, yaitu tempat ajaran
ekstrem. Disini selain ilmu agama, justru banyak penelitian tentang
pertanian, peternakan yang berguna bagi masyarakat. Juga tak kalah
penting juga ditanamkan komitmen terhadap NKRI," katanya.
Menag juga mengusulkan agar pesantren ini menjadi tuan rumah
penyelenggaran halaqah alim ulama pondok pesantren. Menurutnya, dengan
adanya halaqah, maka para kiai bisa menimba ilmu tentang pengelolaan
ponpes modern seperti Al Zaytun.
"Kita bisa lihat penataan bangunan dengan lingkungan yang asri dan
akrab dengan lingkungan, dari situ muncul inspirasi dan motivasi para
alim ulama agar mengelola pendidikan lebih baik dari sekarang," ujarnya.
Menanggapi usulan tersebut Pemimpin Ponpes Al Zaytun, Syekh Panji
Gumilang menyatakan siap menyelenggarakan halaqah alim ulama, dengan
tema khusus ketahanan pangan bagi Indonesia. "Kalau halaqah soal halal
dan haram, itu sudah biasa, dan sering dilakukan. Mari para alim ulama
berpikir agar bangsa ini terselamatkan dari ancaman krisis pangan. Kami
tegaskan bahwa kami siap terbuka kepada umat Islam Indonesia, dan siap
menyelenggarakan halaqah ketahanan pangan," kata Panji Gumilang. Pinmas(ks)
No comments
Post a Comment